PENGGUNAAN ISTILAH KUE LEBARAN PADA MASYARAKAT KABUPATEN BANYUWANGI: KAJIAN ETNOLINGUISTIK

Main Article Content

Eni Nurhayati

Abstract

Indonesia dengan keragaman budaya dan bahasa memiliki berbagai macam warisan
leluhur, salah satunya makanan. Beberapa daerah masih mempertahankan makanan
atau jajanan khas yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita, salah satunya
Banyuwangi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh penjelasan deskriptif mengenai
penggunaan istilah atau penamaan kue lebaran yang masih digunakan sebagai sajian
pada saat musim lebaran oleh masyarakat Banyuwangi. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif dengan kajian etnolinguistik. Data dalam penelitian ini
dijaring melalui metode simak dan cakap dengan menggunakan teknik pancing, teknik
cakap semuka, teknik sadap, teknik catat, dan teknik rekam. Data dalam penelitian ini
dianalisis menggunakan metode padan dengan teknik pilah unsur tertentu (PUP). Hasil
penelitian ini menunujukkan bahwa penamaan kue lebaran yang ada di Banyuwangi
pada dasarnya dikategorikan berdasarkan bentuk fisiknya, bahan yang digunakan,
proses atau cara pembuatannya, keserupaan bentuk dengan benda lain, serta sifat dan
teksturnya. Seperti bagiak, matahari/matari, opak gulung, semprit/mawaran, cipiran/
kecipir, rengginan, klemben/kuro, keciput, sagon, sato, walangan, telek kucing/widaran,
marning, lidah kucing, unthuk semut, sale gedhang, untir-untir, roti kacang, ladrang
sabrang, kacang telur, kacang sembunyi, madu mongso, jipang, kuping gajah, dan
kembang gulo.

Article Details

How to Cite
Nurhayati, E. . (2023). PENGGUNAAN ISTILAH KUE LEBARAN PADA MASYARAKAT KABUPATEN BANYUWANGI: KAJIAN ETNOLINGUISTIK. Mlangun: Jurnal Ilmiah Kebahasaan Dan Kesastraan, 20(2), 17–30. Retrieved from https://jurnalmlangun.kemdikbud.go.id/ojs2022/index.php/mlangun/article/view/90
Section
Articles

References

Chaer. A. (1995). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Janah, M. (2019). “Istilah-istilah dalam Tradisi Reresik Sendhang di desa Wonosoco, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus”.

Jurnal Sutasoma, 7 (2), hal: 1-7. https://journal.unnes.ac.id

Kamsiadi, B. F, (2013). “Istilah-Istilah Yang Digunakan Pada Acara Ritual Petik Pari oleh Masyarakat Jawa di Desa

Sumberpucung Kabupaten Malang:

Kajian Etnolinguistik”. Publika Budaya, 1 (1), hal: 64–78. https://jurnal.unej.ac.id/index.php/PB/article/view/340

Kusumaningtyas, A. (2013). “Penggunaan Istilah Dan Jajanan Tradisional pada Masyarakat di Kabupaten Bnyuwangi:

Kajian Etnolinguistik”. Publika Budaya, 1 (1), hal: 1-9. https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/60786

Pateda, M. (1990). Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.

Prasetyo, A. (2010). “Nglulu dalam Bahasa Jawa”.Jurnal Kandai. 6 (2), hal. 151-156.

Rosidin, O., Riansi, E. S., Muhyidin, A. (2021). “Leksikon Kuliner Tradisional Masyarakat Kabupaten Pandeglang”. Jurnal Litera,

(1), hal 49-75. Doi:10.21831/ltr.v20i1.33908

Soeparno. (2002). Dasar-dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sudaryanto. (1988). Metode Linguistik dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Sumarsono. (2007). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tyas, A. S. (2017). “Identifikasi Kuliner Lokal Indonesia dalam Pembelajaran Bahasa Inggris”. Jurnal Pariwisata Terapan, 1

(2), hal 1-13. Doi: 10.22146/jpt.2497